Tuesday, December 22, 2009

Ampunkan Kami, Bapa...

Saya hanya berusaha mengingat kembali tema kebaktian Natal fakultas dimana saya bernaung. Jumat 11 Desember 2009 pukul 16.00 wib kami memulai kebaktian hingga akhirnya sampailah pada sesi dimana abang pengkotbah maju ke depan dan akan mulai berkotbah. Awalnya, saya sempat keluar untuk bertemu dengan Pembimbing Skripsi, namun pertemuan dapat selesai tepat sebelum kotbah dimulai. Roma 11:36 yang kami usung sebagai tema natal tahun ini, menyatakan bahwa pada intinya semua yang ada pada saya sekarang berasal dari Dia dan sudah seharusnya itu dikembalikan lagi kepada Dia. Oke, sampai di situ saya masih berkata ya ya dalam hati. Namun, di tengah penjelasannya berikut dia mulai menyambungkan hal tersebut dengan makna Natal yang selama ini kita anut, yakni kelahiran Yesus Kristus atau lebih dalamnya kedatangan Yesus ke dunia ini sebagai Juruselamat bagi semua orang. Saya mulai tersentak ketika abang pengkotbah mengemukakan bahwa ya sebagai manusia yang telah ditebus oleh Juruselamat, yakni Yesus kita sebagai umat-Nya harus berani bayar harga. Saya mulai berpikir bahwa selama ini saya memang mengakui Yesus sebagai Juruselamat saya, namun apakah cukup hanya dengan pengakuan tersebut. Saya mulai berpikir kembali dengan kata-kata 'bayar harga' tersebut. Lagi-lagi kita sebagai umat-Nya dituntut untuk berani mengambil setiap konsekuensi atas pilihan hidup jika kita berjalan bersama Dia. Dikatakan bahwa tidak mudah justru berjalan bersama Dia, tapi di balik semuanya itu Dia tetap menyertai kita dan selalu memberikan jalan keluar dalam setiap permasalahan yang kita hadapi. Saya kembali mengingat kejadian-kejadian yang (masih) bisa saya ingat mengenai ketakutan serta kekhawatiran saya akan pembayaran harga ini. Ternyata, saya masih tidak berani untuk membayar harga!


Tagline yang kami gunakan dalam Natal ini, yakni "Dia telah memperjuangkan kita, oleh karena itu kita harus memperjuangkan Dia". Abang pengkotbah (lagilagi) mengingatkan bahwa Yesus-lah yang telah terlebih dahulu mengasihi kita manusia dengan mengirimkan anak-Nya yang tunggal supaya manusia bisa selamat (1 Yoh 4:9). Namun, karena keras kepala manusialah yang membuat buram dan tertutup kebenaran akan hal tersebut. Kita sebagai umat yang telah ditebus kontan oleh Yesus, selayaknya berani atau paling tidak ikut ambil bagian dalam melakukan hal pembayaran harga ini. Si abang yang berkotbah memang orang yang sangat terbuka dalam berkotbah sehingga semua yang disampaikan terasa 'mengena' di hati. Di akhir kotbahnya, ia mengemukakan bahwa pembayaran harga tersebut haruslah dilakukan dengan paling baik (atau yang biasa diistilahkan dengan yang terbaik).


Dan lagilagi saya 'terkena' serangan tersebut. Belakangan, meskipun saat teduh yang saya lakukan sedang on fire justru disitulah saya merasa dicobai dengan amat sangat. Ia telah mengijinkan semua hal terjadi dalam hidup saya belakangan ini. Saya menjadi seseorang yang tidak bisa fokus dengan apa yang sedang saya kerjakan, saya menjadi seorang yang sangat khawatir serta takut, saya menjadi seorang yang sangat tidak mencerminkan Anak Tuhan! Saya menjadi seorang yang sangat putus asa, mudah marah, serba salah dan tidak tahu harus apa. Saya mengerjakan semua hal dengan seadanya. Yang penting selesai, entah apa hasilnya. Kotbah Natal mengingatkan saya bahwa pekerjaan yang saya kerjakan belakangan ini tidak saya kerjakan untuk Tuhan dan bukan merupakan yang terbaik yang bisa saya persembahkan bagi Dia. Saya malu.


Kejadian berulang di malam ini, (LAGI DAN LAGI) saya ditegur dengan sangat keras karena saya dan mereka tidak bisa mempersembahkan apa yang terbaik yang dapat saya dan mereka lakukan. Meskipun sudah selesai, terasa ada yang mengganjal dalam hati. Ampunkan kami Yesus karena kami tidak bisa memberikan hal yang terbaik yang dapat kami lakukan. Kami lalai. Kami gagal. Kami memang manusia yang sangat lemah. Justru di saat saat tersebut kami tidak mengandalkan Engkau, kami hanya mengandalkan kekuatan kami sendiri. Ampunkan kami Bapa karena telah menyia-nyiakan kedatangan anak-Mu dalam hati kami..


Sunday, December 13, 2009 at 2:23am

No comments:

Post a Comment